Sunday, March 15, 2009

JAMUR TIRAM TAK KENAL KRISIS (AGRINEX EXPO 2009)


Jamur tiram barangkali satu dari sedikit jenis sayuran berharga relatif mahal. Tiap kilogram jamur tiram putih dijual Rp 12.000. Akan tetapi, bukan itu saja yang menarik minat Widodo (67) untuk membudidayakan jamur. Selain harga dan biaya produksi murah, pasar jamur tiram juga terbuka.


Sebagai salah satu pilihan usaha skala kecil dan menengah, usaha jamur tiram (Pleurotus ostreatus) bisa menjadi tambahan penghasilan. Bila dikelola serius, tidak mustahil bisa berkembang menjadi usaha yang besar dan mandiri.

Apalagi di tengah krisis keuangan global, di mana banyak pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja. Alternatif pendapatan pun harus segera dicari. Dengan menjalankan usaha sampingan jamur tiram, sekadar mendapat pendapatan Rp 3 juta-Rp 5 juta per bulan tidaklah terlalu sulit.

Terbukti, 1,5 tahun merintis usaha jamur tiram, warga Kampung Panjaungan RT 01 RW 05, Desa Parakan Muncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ini mampu memproduksi 20 kilogram jamur per hari.

Dengan rata-rata harga jamur Rp 12.000 per kilogram, untuk 20 kilogramnya, Widodo bisa mendapat penghasilan kotor Rp 240.000. Bila dihitung sebulan setelah dikurangi biaya produksi, pendapatan Widodo bisa mencapai Rp 5 juta.

”Usaha jamur tiram murah meriah. Modalnya tidak besar, tetapi untungnya lumayan,” kata Widodo, Jumat (13/3), di sela pameran produk pertanian Agrinex EXPO 2009 di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Dari sisi lokasi usaha, usaha jamur tiram juga tidak ”makan” tempat. Teknologi budidayanya juga tidak begitu rumit. Mudah dipelajari dan risiko kegagalannya rendah. Di sisi lain, permintaan pasar terus meningkat karena semakin banyak saja masyarakat yang menyukai jamur.

”Rasanya enak dan lezat, bisa dimasak model apa pun, seperti timus, bahan baku sop, pepes, kari, hingga dibuat makanan ringan,” kata Widodo.

Binaan IPB
Ketertarikan Widodo pada usaha jamur tiram muncul setelah dia pensiun dari perusahaan konstruksi tahun 2000. Posisinya waktu itu kepala logistik. ”Waktu saya pensiun, anak saya lima. Tiga masih SMA dan dua lagi di SMP. Mereka masih butuh biaya sekolah dan biaya hidup,” cerita Widodo.

Uang pesangon Rp 17 juta jelas tidak cukup menyambung hidup dan menyekolahkan anak. Dia pun mulai mencoba berjualan kelontong dengan membeli kios di pasar.

Meski usahanya sudah dijalani selama enam tahun, Widodo tetap merasa tidak berbakat berjualan. Ia berkeinginan mencoba usaha baru.

Pucuk dicinta ulam tiba. Institut Pertanian Bogor ketika itu mengadakan pelatihan bagaimana usaha budidaya jamur tiram. Selain teknis budidaya dan pembibitan, IPB juga mengajarkan strategi mengelola usaha dan memasarkan.

Berbekal modal Rp 20 juta, Widodo mulai merintis usahanya. Modal itu untuk membeli tanah 200 meter persegi, membuat bangunan seadanya, dan perlengkapan budidaya lain.

Sangat mudah

Bersama Kelompok Tani Family Mandiri, Widodo juga menyelenggarakan pelatihan usaha budidaya jamur tiram. Biaya pelatihan Rp 750.000 per orang untuk keperluan akomodasi dua hari, buku paket pelatihan, bibit induk lima botol, kunjungan ke mitra binaan, dan sertifikat.

Widodo menceritakan, cara membudidayakan jamur tiram amat sederhana.

Serbuk kayu gergaji dan kapur dolomit atau kapur bangunan diaduk rata. Tambahkan air secukupnya. Selama sehari semalam, campuran serbuk kayu gergaji dan kapur dikompos.

Selanjutnya, tambahkan dedak dan gypsum, lalu diaduk rata dan ditambah air lagi secukupnya. Masukkan adukan itu dalam kantong plastik yang telah disediakan, dengan kepadatan tertentu.

Setelah itu, masukkan cincin dari bambu dengan diameter 4 sentimeter pada bagian atas adonan, lalu plastik diikat.

Polibag yang telah berisi adonan itu disusun dalam drum, lalu dikukus selama 8 jam. Selanjutnya, didinginkan sehari semalam. Bila sudah dingin, masukkan bibit jamur di ruang inokulasi secara serasi, dengan cara membuat lubang sedalam 6 sentimeter pada adonan itu.

Perhatikan pula suhu ruangan, harus 28-30 derajat celsius, dengan kelembaban 92-96 persen. Setelah 15 hari di ruang inkubasi, pindahkan media jamur ke ruang budidaya. Tunggu 30-40 hari agar meselium jamur tumbuh putih merata.

Lalu buka penutup media, dan jamur bisa dipanen 3-4 hari kemudian. Tanpa menebar benih kembali, pemanenan jamur pada media yang sama bisa dilakukan hingga lima kali.

Setelah cukup besar, jamur segar tinggal dijual ke pasar.

Sumber :
Hermas E. Prabowo
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/14/03443863/jamur.tiram.tak.kenal.krisis
Sabtu, 14 Maret 2009 | 03:44 WIB

Sumber Gambar:
http://wb3.indo-work.com/pdimage/98/409798_100_0722.jpg

1 comment:

  1. KERIPIK JAMUR - PINKY JAMUR yg DIGIGIT malah MENGGIGIT!

    GILA aja klo ad yg ga suka! Keripik Jamur yg plig byk dkejar2 n dgilai2...ya cm PINKY JAMUR!

    Dibuat dr Jamur Tiram yg KAYA PROTEIN, berbalut tepung yg KRIUKnya RENYAH TAK TERBANTAHKAN, pkoke lezatny bikin MEREM MELEK.hahaa...

    Cuma 15rb! (*utk yg bminat jd reseller hrga khusus). Pembelian lebih banyak, diskon tentu lebih banyak lagi

    -Kemasan Alumunium Foil
    -Expired 5 bulan
    -Telah terdaftar Dinas Kesehatan No PIRT
    - Pengiriman d bwh 20 kg (180 bungkus) menggunakan jasa pengiriman JNE, d atas 20 kg menngunakan expedisi, atau sesuai keinginan Anda.


    Siap dikirim k sluruh Indonesia!!! Tsedia 3 rasa!

    Order: 085648366344/ @adelete/ www.pinkyjamur.com / 26b02c7e

    ReplyDelete